"Indah", "Berkesan", "Tak Terlupa", mungkin tiga kata itulah yang pantas aku rasa. Ku rasa dalam pagi yang cerah secerah hatiku [waktu itu], di mana kita benar-benar dekat, benar-benar mengenal, dan benar-benar memahami. Berbagi kisah, berbagi keluh kesah. Memandang dan berkata, aku malu, mungkin kamu juga. Entah mengapa itu yang ku rasa, apa aku memang memiliki rasa padamu?
Berjalan bersama, dengan iringan kata demi kata, terucap saling bertanya, terucap saling menjawab, memberi solusi, mendengarkan. Ku lihat di antara beberapa orang yang berlalu lalang [di waktu itu], mereka melihat kita, melihat dengan cara yang berbeda, mungkin dengan sebuah angan yang tak semestinya. Tak semestinya, menganggap kita telah ada rasa, rasa dalam sebuah hubungan.
Aku melihat waktu terus berjalan sejalan dengan langkah yang kita lalui. Itu membuatku menyadari bahwa kenangan hari ini akan berakhir. Ingin ku rasa terulang, ingin ku rasa tak berlalu. Mengapa ini ku rasa? Mungkin karena ini yang ku harap dari dulu. Dulu pertamaku terkesan, dulu pertamaku terkagum, melihatmu, melihat kebaikanmu, melihat kesederhanaanmu.
Aku rasa bahagia, aku rasa aku tak mampu bersembunyi, bersembunyi dari rasaku ini. Mungkinkah rasaku ini dinamakan cinta? Cinta yang datang dengan berjalannya waktu? Apa aku harus mengungkapkanya saat ini sebelum waktu dan rasa ini menghilang?
Selagi waktuku masih sempat, sebelum aku terlambat, aku akan mencoba. Mencoba berkata tentang rasaku ini padamu. Tentang bagaimana rasamu nanti denganku, menerima atau menolak, aku akan siap aku akan ikhlas, karena memang perasaan tidak dapat dipaksa, menjalaninya dengan setengah hati hanya akan membuat hubungan tanpa arti. Lebih baik jujur walaupun menyakitkan, karena itu demi kebaikan. Aku di sini mencoba untuk siap, mencoba untuk menerima keputusanmu nanti dan satu hal lagi bahwa....#AkuRapopo.