Pagi ini aku menemukannya tersangkut di tiang antena televisi kos. Sebuah layangan yang telah putus yang entah darimana ia berasal dan entah siapa gerangan pemiliknya. Tapi, satu hal yang pasti kuketahui dari layangan ini bahwa putusnya ia sangat disesalkan oleh pemiliknya. Sembari kuamati layangan ini, nostalgiaku mulai bereaksi, mengingatkanku kepada masa kecil di mana saat musimnya angin besar datang, banyak layang-layang akan mulai berterbangan. Melayang tinggi di udara menyenangkan para penerbang muda yang gembira. Memainkannya mulai dari siang hingga petang bersama kawan-kawan. Sama seperti tulisan yang tertera pada layangan ini, "Radja Udara", kami (aku dan teman-teman) menganggapnya sebagai raja udara yang kian tingginya mengangkasa di udara, kian kami membanggakannya, bilamana layangan lain ada di sampingnya, tetapi milik pribadi yang dianggap lebih dapat membuat hati tak bosan melihatnya. Di sela-sela memainkannya, sempat saat itu kami saling beradu, beradu ketinggian, hingga beradu kuatnya benang layangan yang akhirnya membuat salah satu layangan putus seperti layangan yang pagi ini kutemukan. Putusnya layangan, itulah moment yang paling mengasyikan. Kami mengejarnya, beradu paling cepat untuk mendapatkannya, tak kenal lelah, tak kenal menyerah, semacam sedang dalam medan perang. Siapa yang cepat, dia yang dapat dan otomatis dialah pemenangnya. Sungguh hal itu menggembirakan sekali untuk kami para bocah yang belum tahu menahu akan realita kehidupan yang sebenarnya. Setidaknya itulah keseruan bermain layangan yang sampai saat ini masih kuingat sembari mengamati layangan ini. Ah, andai waktu itu berjalan lebih lama lagi, tapi...biarlah memang waktu sewajarnya berjalan seperti itu, "kecil memanja, besar berupaya", biarkanlah yang lalu menjadi kenangan, kenangan yang akan menjadi sebuah kerinduan dalam kehidupan...
jadi ingat waktu kecil dulu...
BalasHapussuka berebut layangan putus :malu:
@Mas Darsonoserasa jadi juara pas dapetin layangan putus itu :ketawa:
BalasHapus