NgeShare - Lemper Yang Antimainstream


Kemarin siang pas lagi mbuka lemari makan, karena lagi pengen ngemil kudapan, eh, nemu di dalemnya ada beberapa jajanan pasar. Dari beberapa jajan pasar itu, ada salah satu yang terlihat seperti jajan favorit saya, yaitu lemper. Kalian pasti sudah pada familiar banget sama jajan pasar yang satu ini, iya kan? Jajan pasar yang identik dengan ketan putih, yang di dalemnya ada isinya suwiran daging ayam dan dibungkus pake daun pisang, rasanya manteb tenan.

Mengetahui kalau ada jajan favorit saya itu, ya, otomatis saya sikat lemper itu untuk selanjutnya lekas saya kunyah, kalau kata Bang Pepi mah #HidupNgunyah. Awalnya sih, saya merasa begitu antusias pas lagi ngebuka bungkusnya. Tapi begitu isinya sudah mulai kelihatan, justru rasa heran dan ragu yang saya rasakan, kenapa begitu? hayo, kenapa?

Sebelum tahu masalahnya, jawab dulu pertanyaan berikut ini ya. Oke pertanyaannya, pasti kalian setuju kalau yang namanya lemper itu kayak gambar di bawah ini, iya nggak?

(Sumber Gambar: www.sipendik.com)

Tapi, kalau kalian ngelihat gambar yang satu ini, kalian setuju nggak kalau ini namanya juga lemper?

(Sumber Gambar: Dokumen Pribadi)

Pasti beberapa dari kalian ada yang nggak setuju kalau ini lemper, eits...tunggu dulu, jangan cepat-cepat menyimpulkan. Coba simak cerita singkat saya ini. 😁

Begitu tahu kalau isinya nggak sesuai sama yang saya harapkan pertama, lantas saya pun bertanya-tanya apakah ini benar lemper yang jadi favorit saya? Dari segi pembungkusan, bentuk dan aromanya sih terlihat sama seperti lemper, tapi kok warna ketannya hitam, bukannya lemper itu pake ketan putih? Nah, begitu kiranya yang saya pikirkan waktu itu. Melihatnya seperti itu dan dorongan perut yang pengen segera diisi, saya pun mencoba untuk merasakannya dengan perlahan-lahan. Setelah itu saya merasa kalau rasanya memang sama seperti lemper, bahkan di dalamnya pun ada isinya suwiran daging ayam (sayangnya nggak sempet saya foto isinya, karena keburu saya makan, hahaha...).

Meski telah mengetahui rasa dan isi yang tersembunyi di dalamnya, untuk menyimpulkannya sebagai lemper, saya merasa masih meragukannya. Lantas untuk menjawab keraguan itu, saya pun langsung bertanya kepada bapak dan ibu. Alhasil jawaban dari mereka berdua sama, sama-sama menyatakan, bahwa jajanan tersebut memang lemper. Kata bapak, lemper ini memang ada, tapi umumnya hanya ada daerah tertentu saja yang di daerah tersebut menghasilkan atau ketersediaan ketan hitam lebih banyak dibandingkan dengan ketan putih. Mendengar jawaban dari bapak, saya pun hanya bilang, "Ooow...begitu, ya, Pak". Saya kemudian percaya dengan jawaban yang diberikan bapak, dan tak lupa untuk melanjutkan kunyahan saya yang sempat tertunda bersama si lemper hitam nan menggoda, hehehe... 😍😁
Share:
Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

4 komentar:

  1. lemper beras ketan merah itu mas? agak aneh ya.. tapi lemper tetaplah lemper

    BalasHapus
  2. enak bgt tu lemper nya Mas

    BalasHapus
  3. @beni iya gan, meskipun beda ketannya, rasanya ya tetep sama, rasa lemper, hahaha

    BalasHapus
  4. @Ilham iya gan, apalagi kalau pas lagi laper, wkwkwkw

    BalasHapus