Mbak Ruroh, sebelumnya aku ingin meminta maaf kepadamu, ya, maaf. Maaf ini kusampaikan karena entah mengapa kini setiap kali aku mendengar orang menyebut namamu atau membicarakan tentangmu, aku merasa cukup tergelitik. Mungkin itu karena tingkah dari Dimas, ya, tingkah Dimas. Dimas yang dengan tekadnya, ia selalu bersemangat dalam memperjuangkan cintanya kepadamu. Cintanya itu (mungkin) begitu tulus untukmu, karena meski cintanya selalu tak kau tanggapi, ia tak sekalipun berniat untuk menyerah ataupun pasrah. Ya, mungkin itu karena Dimas telah meresapi semangat api yang ditularkan oleh idolanya, yaitu Boy. Boy telah menjadi panutan Dimas sejak ia mengenalnya meski itu hanya sekadar dari layar kaca.
Mbak Ruroh, seandainya engkau tahu, Dimas tak pernah sekalipun melupakanmu. Di setiap waktu, ia selalu memikirkanmu, bahkan sampai setiap Dimas nongkrong bersama kawan-kawannya, namamu tak lupa untuk selalu disebutnya. Bukan menyebut namamu untuk menjelek-jelekanmu, tetapi untuk membicarakan tentang kebaikanmu.
Bagi Dimas, kekurangan tak ada dalam dirimu, baginya kau adalah sempurna, ya, sempurna, yang tak memiliki kekurangan melainkan memiliki banyak kelebihan. Lihat saja, hingga Reva pun yang merupakan kekasih dari idolanya, yaitu Boy, kalah telak denganmu.
Mbak Ruroh, maaf, sekali lagi aku mohon maaf kepadamu, bukan maksudku untuk menyalahkanmu, hanya saja di kesempatan ini, izinkanlah untukku memberi sebuah pesan kepadamu. Sebuah pesan yang kuharap dapat kau ingat selalu. Pesanku ini adalah
Jika kau memang tak dapat menerima cinta Dimas, alangkah baiknya bila kau mengutarakan penolakanmu dengan tegas.
Janganlah kau hanya berdiam diri tak menanggapi, diammu itu mungkin justru akan disangka oleh Dimas sebagai harapan yang masih menanti, terlebih lagi dengan senyum yang selalu kau pancarkan itu, yang terlihat begitu meneduhkan bagi mereka yang memandangimu, termasuk Dimas yang sedang jatuh hati padamu.
Kurasa bila kau mengutarakan penolakanmu yang berasalan dengan tegas, Dimas akan dapat menerimanya dengan ikhlas. Aku yakin bahwasannya Dimas adalah seorang lelaki tangguh yang tak akan mudah lusuh meski hanya karena satu cintanya yang tak berjalan mulus. Ia pasti akan tetap tegar dan sabar, terlebih lagi ia telah mewarisi semangat dari Boy.
Mbak Ruroh, tak hanya kepadamu aku berpesan, kepada Dimas pula aku ingin memberikannya pesan. Ya, Dimas, kepadamu aku ingin memberi sebuah pesan. Pesan yang berbunyi demikian,
Bila Mbak Ruroh tak dapat menerima cintamu, bila setiap usahamu masih membuatnya ragu, maka ikhlaskanlah itu.
Mungkin jodohmu bukanlah dia, mungkin wanita lainnya atau Revalah jodohmu yang sebenarnya. Ya, Reva, yang kini sedang kebingungan mencari pengganti Boy yang telah pergi meninggalkannya.
Kuyakin kau adalah lelaki kuat dan juga ibadahmu taat, tak akan mudah kalut karena kisah cintanya yang pernah kusut. Kau tentu ingat betul akan sebuah pepatah yang mengatakan “kalau memang jodoh tak akan kemana”. Dari pepatah itu, maka kau dapat meresapinya. Jika Mbak Ruroh, Reva atau wanita lainnya adalah jodohmu yang sebenarnya, meski telah terpisah oleh jarak dan waktu yang lama, kau pasti akan dapat bertemu lagi dengannya. Entah siapa wanita itu nantinya, yang pasti kuyakin kau akan tetap bahagia karena jodohmu itu setidaknya masihlah seorang wanita, coba saja kalau jodohmu itu pria, kau pasti akan merasa menderita. (hehehe...)
Untuk saat ini alangkah baiknya kau berfokus terlebih dahulu kepada cita-citamu saja, ya cita-citamu. Cita-cita untuk menjadi seperti Boy, seorang pelajar berprestasi, yang patuh terhadap kedua orang tuanya, yang punya banyak mobil dan motor di rumahnya, serta digilai banyak wanita cantik di sekelilingnya. Bersemangatlah dalam perjuanganmu, terutama untuk ujian sekolah yang menantimu, Dimas! 😁
0 $type={blogger}:
Posting Komentar