Masa lalu, mungkin sebagian besar manusia melupakan itu, seiring berjalannya waktu dan juga hadirnya pertemuan baru. Namun, bukan tak mungkin bila manusia dapat mengingatnya kembali. Entah mengingat secara disengaja seperti bernostalgia, maupun tidak disengaja ketika menemukan atau menjumpai hal yang berkaitan dengan masa lalu tersebut.
Bicara mengenai "mengingat masa lalu", beberapa waktu yang lalu, saya merasakan itu. Ya, merasakan untuk mengingat masa lalu setelah menjumpai sebuah benda kala itu. Benda yang saya temukan ketika membersihkan salah satu lemari yang ada di rumah (uhuk, maaf bukan bermaksud pencitraan). Pada saat saya membersihkan lemari tersebut, di dalamnya saya menjumpai sebuah benda yang terlihat familiar sekali. Sebuah benda yang setalah saya ingat-ingat kembali, ternyata itu adalah sebuah mainan mobil-mobilan dari kayu yang dulu dibuat ibu saya.
Ya, mainan mobil-mobilan dari kayu. Mainan mobil-mobilan kayu yang mungkin menurutmu kurang begitu menarik atau kurang mirip dengan mainan mobil yang sekarang beredar di pasaran. Hmmm....jangan dilihat dari bentuknya, tetapi coba lihatlah dari kisah di balik pembuatannya (nilai historis).
Ketika melihat mainan ini, saya jadi teringat saat saya masih berusia sekitar 4 atau 5 tahun dulu. Pada waktu itu, saya ingat kalau saya sedang merengek kepada ibu agar dibelikan mainan baru. Ya, mainan baru, maklum anak kecil (hehehe...), dan mainan baru yang saya inginkan waktu itu adalah mobil-mobilan yang saya harapkan sama seperti yang dimiliki teman saya. Setelah saya merengek kepada ibu, ibu pada waktu itu seingat saya berkata, “Insya’ Allah kalau nanti ibu sudah punya uang ya, Le.”
Mendengar jawaban dari ibu seperti itu, saya merasa lega dan berharap semoga ibu segera memiliki uang untuk dapat membelikan saya mainan mobil-mobilan.
Namun, beberapa hari kemudian ketika saya sedang mencari ibu di rumah, saya mendengar ada suara ketukan palu yang cukup keras dari belakang rumah. Penasaran dengan suara tersebut, saya lantas menuju ke belakang rumah untuk menghampiri sumber suara itu. Ternyata setelah saya tiba di belakang rumah, suara ketukan palu itu berasal dari palu yang sedang diayunkan ibu saya. Pada saat itu, saya melihat ibu sedang membuat sesuatu menggunakan palu tersebut pada beberapa bilah kayu. Di sekitarnya pun terlihat ada beberapa paku, baut, dan beberapa perkakas milik bapak saya yang sedang digunakan ibu. Melihat ibu sedang membuat sesuatu, selayaknya orang yang penasaran, saya kemudian mendekatinya dan bertanya, “Ibu sedang membuat apa?”
Ketika melihat mainan ini, saya jadi teringat saat saya masih berusia sekitar 4 atau 5 tahun dulu. Pada waktu itu, saya ingat kalau saya sedang merengek kepada ibu agar dibelikan mainan baru. Ya, mainan baru, maklum anak kecil (hehehe...), dan mainan baru yang saya inginkan waktu itu adalah mobil-mobilan yang saya harapkan sama seperti yang dimiliki teman saya. Setelah saya merengek kepada ibu, ibu pada waktu itu seingat saya berkata, “Insya’ Allah kalau nanti ibu sudah punya uang ya, Le.”
Mendengar jawaban dari ibu seperti itu, saya merasa lega dan berharap semoga ibu segera memiliki uang untuk dapat membelikan saya mainan mobil-mobilan.
Namun, beberapa hari kemudian ketika saya sedang mencari ibu di rumah, saya mendengar ada suara ketukan palu yang cukup keras dari belakang rumah. Penasaran dengan suara tersebut, saya lantas menuju ke belakang rumah untuk menghampiri sumber suara itu. Ternyata setelah saya tiba di belakang rumah, suara ketukan palu itu berasal dari palu yang sedang diayunkan ibu saya. Pada saat itu, saya melihat ibu sedang membuat sesuatu menggunakan palu tersebut pada beberapa bilah kayu. Di sekitarnya pun terlihat ada beberapa paku, baut, dan beberapa perkakas milik bapak saya yang sedang digunakan ibu. Melihat ibu sedang membuat sesuatu, selayaknya orang yang penasaran, saya kemudian mendekatinya dan bertanya, “Ibu sedang membuat apa?”
Sambil tersenyum ibu pun menjawab, “Sabar, kalau sudah jadi, nanti kamu tahu sendiri.”
Mendengar jawaban ibu seperti itu, maka saya berhenti bertanya dan mengamati apa yang sedang dibuat ibu.
Hampir sekitar satu jam, saya akhirnya mengetahui hal yang sedang ibu buat saat itu, "sebuah mainan mobil-mobilan dari kayu."
Ya, setelah hampir satu jam berlalu, akhirnya yang dibuat ibu selesai juga. Ibu dengan bangganya menunjukkan hasil karyanya kepada saya sambil berkata, “Le, ini mainan mobil-mobilan dari ibu. Mumpung ada bahan dan alatnya, jadi ibu gunakan untuk membuatnya, semoga kamu senang memainkannya, ya, hehehe...”
Saya masih mengingat betul bagaimana ibu memberikan mainan itu kepada saya, dengan senyum tulusnya terlihat jelas harapannya, “semoga anakku menyukai mainan ini”, mungkin begitu yang ibu harapkan di dalam hatinya setelah memberikan mainan itu kepada saya.
Seperti halnya anak-anak pada umumnya, mendapati sebuah mainan baru, maka dengan senang hati saya menerima dan memainkannya.
Namun, saya hanya bertahan sebentar dalam memainkan mainan kayu itu karena alasan yang wajar, yaitu bosan, selain itu juga karena umur yang kian bertambah membuat ketertarikan pada sebuah hal berubah. Pada akhirnya saya teralihkan pada beberapa hal atau mainan baru yang sedang marak-maraknya pada masa itu. Hal itu kemudian membuat saya melupakan mainan kayu buatan ibu (terdengar jahat, ya?). Entah bagaimana nasib mainan kayu dari ibu itu, sebab waktu itu saya tak begitu memperhatikannya, dan yang saya tahu dulu saat saya tidak lagi memainkan mainan itu, mainan itu seolah lenyap dari dalam rumah.
Setelah hampir sekitar 18 tahun berlalu, pada akhirnya saya kembali menjumpainya lagi. Menjumpai mainan kayu itu berada di dalam lemari. Saya kira mainan mobil-mobilan dari kayu itu telah rusak atau telah dibuang ibu, tapi ternyata ibu masih menyimpannya dengan rapi. Hmmm...mungkin alasan ibu masih menyimpan mainan tersebut, selain karena masih bagus juga agar suatu saat nanti saya masih dapat mengingat kembali kenangannya, atau mungkin agar nantinya mainan itu dapat dimainkan lagi oleh keponakan atau anak saya nanti...
0 $type={blogger}:
Posting Komentar