Jenuh, sebuah kata yang terdengar membosankan bukan? Hal itu sejalan dengan artinya pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu jemu; bosan. Ngomong-ngomong soal jenuh, bisa dibilang kata ini yang juga menjadi alasan saya tidak menuliskan apapun di sini dalam kurun waktu yang cukup lama, selain karena "malas" tentunya. Ya, benar, mungkin memang begitu.
Rasa jenuh itu kian hari kian sering menghampiri saya, ditambah dengan semakin sepinya kolom komentar, trafik blog yang anjlok, dan juga pendapatan Adsense yang kian menurun. Hal itu diperparah lagi dengan banyaknya kawan-kawan yang memutuskan untuk pamit dari dunia perblog-an. Sejak saat itu saya jadi semakin akrab dengan rasa jenuh alias kejenuhan.
Memang sih tidak bisa dipungkiri kalau sekarang dunia tulis menulis di media blog sedang tidak baik-baik saja. Mulai banyak yang meninggalkannya, mulai sepi peminatnya. Apalagi semenjak kemunculan berbagai platform yang beramai-ramai menghadirkan fitur berbagi atau mengunggah video. Sudah bukan rahasia umum lagi kan kalau sekarang orang-orang jadi lebih banyak menyukai konten dalam bentuk visual daripada tulisan?
Saya menyadari kalau semua hal memang tidak bisa berjalan lancar dan bertahan selamanya. Ada fase naik, ada fase turunnya juga, dan perubahan itu pasti, tapi berubah itu sebuah pilihan. Lalu, terkait rasa jenuh saya, apa karena gara-gara saya juga memilih untuk berubah? Barangkali benar demikian.
Ya, saya berubah, lebih tepatnya berubah dalam tujuan atau alasan saya menulis di sini. Mencoba kembali mengingat masa lalu di sekitaran tahun 2012, dulu alasan saya menulis di sini sederhana, yaitu karena "suka". Ya, suka, suka bercerita dan membagikan momen-momen yang menurut saya perlu untuk diabadikan dalam bentuk tulisan. Seperti halnya kalimat yang pernah diutarakan oleh Nyai Ontosoroh kepada Minke dalam buku Anak Semua Bangsa karangan Pramoedya Ananta Toer,
Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
Kalimat itu kian menambah semangat saya dalam menulis di blog. Ya, meskipun tulisan saya banyak recehnya.
Hal itu di kemudian hari berubah sejak adanya keinginan untuk menjadi penulis blog yang dikenal di dunia maya dan Adsense yang menghiasi blog ini. Berkeinginan atau berharap memang boleh-boleh saja kan, tapi ya mesti sadar untuk tidak berlebihan, ya supaya kecewanya juga nggak berlebihan. Dan rasanya keinginan saya waktu itu cukup berlebihan. Awalnya sih saya yakin kalau saya bisa mewujudkan keinginan saya tersebut. Sering-sering menulis atau posting artikel dan juga rajin promosi blog ke sana sini. Gayung pun bersambut, lama kelamaan blog saya jadi mulai ramai pengunjungnya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Terutama semenjak konten-konten video yang telah banyak berseliweran di jagat dunia maya, dan mungkin juga tulisan-tulisan saya yang kian hari tak menarik untuk disimak alias membosankan, membuatnya kembali sepi.
Mencoba membangkitkannya kembali, tapi masih tetap sama, sepi seperti sedia kala. Yah, mungkin itu karena saya memang belum siap dan belum bisa konsisten. Apalagi di luar sana ada jutaan blog yang lebih menarik. Jadi, terlihat menonjol itu bisa sangat sulit. Perlu proses yang panjang dan kerja keras, di samping keberuntungan yang biasanya memiliki peran besar.
Saya sampai dibuat lupa untuk menyadari kalimat yang dulu pernah diucapkan oleh seorang penulis yang barangkali telah kalian kenal, yaitu Fiersa Besari. Pada video Youtubenya yang berjudul Kenapa Saya Menulis? di menit 6:38, ia pernah berkata begini,
Untuk itu, saya sekarang sedang mencoba untuk kembali. Kembali menuju alasan utama saya berada di sini. Dan mungkin salah satu solusi baik agar saya juga bisa berkompromi dengan kejenuhan, yaitu dengan "rehat sejenak". Ya, rehat sejenak, sebelum akhirnya kembali lagi dengan membawa tulisan-tulisan baru di sini. Terima kasih.
0 $type={blogger}:
Posting Komentar