Setidaknya sudah 1 bulan ini saya tidak lagi membuka aplikasi Instagram. Terhitung sejak tanggal 10 Mei 2023, sebelum akhirnya pada tanggal 12 Juni 2023 kemarin saya memutuskan untuk membukanya kembali. Sekadar hanya untuk mengecek apakah ada hal atau pesan baru dari kawan-kawan online saya di situ, tetapi syukurlah tidak ada. Dan pada akhirnya membuat saya semakin yakin untuk melanjutkan kembali masa rehat saya dari Instagram.
Ya, rehat. Mengapa demikian?
Barangkali ini terdengar tidak penting-penting amat, tapi alasan saya melakukannya hanya karena “sekadar ingin lebih tenang” dan itu penting menurut saya. Ya, sekadar ingin lebih tenang dari beberapa hal yang saya rasakan semenjak menggunakan Instagram selama hampir 10 tahun (2013 – pertengahan 2023) ini.
Setelah sekian lama menggunakan Instagram, kesenangan yang awalnya dulu menjadi satu-satunya hal yang saya rasakan justru memunculkan beberapa hal lain dalam diri saya. Beberapa hal yang lebih kepada munculnya pengaruh buruk yang saya rasakan, seperti perasaan mudah cemas, sulit untuk fokus, sulit untuk tidur, hingga insecure. Saya yakin bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang merasakan hal-hal tersebut.
Namun, setelah menemukan beberapa video menarik di Youtube terkait puasa media sosial, seperti video “On Marissa's Mind: Puasa Media Sosial” dari channel Greatmind, “Hidup Tanpa Social Media dan Bahagia” dari channel Ferry Irwandi, “Menghapus INSTAGRAM selama 30 hari” dari channel Zahid Ibrahim, “Berhenti Main Media Sosial” dari channel Fiersa Besari, dan “Kenapa jarang upload” dari channel Agung Hapsah. Lalu sebuah kalimat menarik dari artikel blog Ivaylo Durmonski dengan judul “The Myth of The 1% Better Every Day Theory” yang berbunyi,
"When we compare ourselves to the rest of the universe. We fail at finding things to be proud of. We lose the battle with the constant temptation of needing to be idolized by others.But one big realization in the area of self-improvement is that you are not obligated to choose others as a measurement mechanism. It’s much wiser – and practical – to compare yourself to who you were yesterday.Another (also) big realization is that when we start loving the parts of ourselves that are not “excellent”. And when we accept that certain avenues of our life will suck. We will have a much better chance at improving in the area in which we do want and do need to make substantial change."
Membuat saya mulai kepikiran, “Mungkin sudah saatnya saya rehat sejenak dari media sosial, khususnya Instagram”. Sebelum akhirnya bisa benar-benar saya tinggalkan secara permanen, seperti yang dulu sudah saya lakukan pada akun Facebook saya di tahun 2021.
Pemikiran itu akhirnya bisa saya tunaikan pada tanggal 10 Mei 2023 kemarin. Meski awalnya terasa cukup sulit karena biasanya jari-jemari selalu otomatis membuka smartphone dan bermain Instagram ketika dilanda waktu kosong. Namun, karena teringat dengan niat yang sebelumnya sudah ditetapkan, saya berusaha untuk mencari kegiatan lain yang lebih bermanfaat untuk dilakukan.
Nah, untuk kegiatan lainnya, saya bisa menekuni lagi kegemaran saya. Mulai dari sekadar ngopi sambil bermenung di belakang rumah, menulis hal-hal kecil di blog (ini), membaca novel yang sebelumnya sudah dibeli tapi belum sempat dibaca, lebih produktif membuat video tutorial receh di channel youtube saya, hingga merawat tanaman peninggalan almarhumah ibu di halaman rumah bapak.
Saya juga bisa memulai melakukan hal-hal baru yang positif, seperti belajar bahasa Inggris di duolinggo secara gratis, mengikuti kursus mengemudi, mencari pasangan karena masih jomblo saat ini, hingga momong ponakan sebagai simulasi diri ketika berumah tangga nanti.
Selain itu, ada kegiatan lama yang bisa saya mulai kembali, yaitu menjalin koneksi dengan orang-orang di sekitar saya. Menikmati momen-momen berharga bersama mereka, yang mungkin dulu sering saya lewatkan hanya karena tenggelam di jagat maya. Saya merasa kegiatan-kegiatan tersebut bisa membuat saya lebih asyik untuk kembali mengisi waktu luang di dunia nyata. Dan saya rasa juga itu dapat membuat saya menikmati hidup dengan lebih tenang.
Barangkali itu yang bisa saya ceritakan saat ini terkait keputusan rehat saya dari Instagram selama 30 hari yang lalu, termasuk dengan kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan. Kira-kira apakah kamu juga ingin rehat sejenak seperti saya? Jika iya, semoga bisa terlaksana ya, dan selamat mere-evaluasi diri, semangat! 😊
0 $type={blogger}:
Posting Komentar