NgeShare - Mainan Untuk Keponakan #2

“Dulu senang beli mainan buat diri sendiri, eh sekarang malah senang beli mainan buat keponakan,” ujar saya dalam hati saat melihat keponakan yang sedang asyik main sendiri dengan mainan barunya. Ya, mainan baru. Siang tadi ada seorang kurir datang ke rumah. Mengirim paket yang tiga hari lalu saya pesan.

“Siang mas, ini benar rumahnya xxx?” tanya kurir tersebut selesai saya membuka pintu rumah.

“Iya, betul, mas,” jawab saya.

“Ini paketnya mas,” ujar kurir tersebut sambil menyerahkan paket.

“Ah, iya, makasih, mas,” jawab saya.

Usai kurir pamit pergi dan saya akan menutup pintu, tiba-tiba dari belakang ada seorang bocil yang bertanya. "Apa itu?" tanyanya dengan raut wajah yang terlihat masih mengantuk. "Lho, adek sudah bangun?" sahut saya yang menyadari kalau keponakan saya, yaitu Caca baru bangun tidur siang.

"Ah, apa itu?" tanya Caca lagi penasaran.

"Isinya apa, ya? Sini-sini, kita buka paketnya yuk," ajak saya sambil menuju ke ruang keluarga.

Ibarat elektronik yang baterainya sudah terisi penuh 100%, Caca yang sebelumnya terlihat klemar klemer berubah jadi semangat lagi. Ia tak sabar ingin melihat isi paketnya. Saya yang juga tak sabar ingin melihat respon Caca ketika memainkan isi di dalam paket itu pun lekas-lekas membuka paketnya. Lucunya ketika baru terbuka bagian atas paketnya, Caca sudah menunjukkan kehebohannya karena merasa senang.

Rasa-rasanya saat itu, ia sudah bisa menebak kalau isi paket tersebut adalah mainan. “Woah…, bagusna bagusna,” ujarnya samar-samar. Ketika paket sudah terbuka seluruhnya dan tersisa kardus pembungkus mainan yang memperlihatkan model mainan itu, Caca request agar segera dibuka dus mainannya. “Om, buka…buka…,” pintanya.

Seperti halnya anak-anak kecil pada umumnya, Caca begitu antusias ketika mendapat mainan baru. Ya, meskipun pada awalnya sempat bingung perihal cara memainkan mainan itu. Tapi setelah saya beri contoh, ia malah asyik sendiri dengan mainan barunya itu. “Alhamdulillah ya nduk kalau kamu senang dengan mainan itu,” batin saya dalam hati.

Semenjak punya ponakan dan resmi menyandang panggilan ‘om’, saya jadi senang membelikan mainan untuk keponakan-keponakan saya. Walaupun sebenarnya itu bukan hal yang wajib untuk dilakukan sih. Tapi rasanya ada kepuasan tersendiri. Apalagi ketika melihat mereka yang sedang asyik memainkan mainan-mainan itu. Saya jadi ikut senang melihatnya.

Meskipun begitu, saya sadar kalau mainan itu tak bisa bertahan lama. Saya sadar kalau mainan itu tak akan selamanya membuat keponakan-keponakan saya bahagia. Saya juga sadar mungkin di kemudian hari keponakan-keponakan saya tak akan mengingat kenangan-kenangan kecil bersama saya. Apalagi di usia mereka yang masih dini. Tapi dari itu semua, saya merasa senang bisa meluangkan waktu bersama mereka dan membuat mereka tersenyum dengan tulusnya.

Ah, bisa membuat keponakan merasa senang saja bisa semenyenangkan ini. Apalagi kalau bisa menyenangkan anak sendiri, sudah pasti senangnya bukan main, ya? Yah, tapi belum waktunya buat saya. Mungkin suatu saat, tentunya kalau sudah ketemu calon ibunya, hehe...

NgeShare - Mainan Untuk Keponakan #2
Caca yang sedang sibuk memasak sambil browsing resep makanan, hehe...
Share:
Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

2 komentar:

  1. Iya sih mas... Membelikan ponakan mainan atau sesuatu barang itu rasanya kita yang ikutan seneng, apalagi jika melihat ekspresi wajahnya yg penasaran... Sekarang mah yg penting ponakan bisa seneng 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, nggak tau kenapa rasanya bisa ikut seneng pas ngeliat mereka seneng :)

      Hapus