NgeShare - Menanti Kepulangan

Dalam sebuah novel yang pernah saya baca, ada sebuah kutipan menarik terkait kenangan. Bunyi kutipannya seperti ini, “Kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.”

Selesai membaca kutipan itu, saya merasa bahwa itu masuk akal. Lantas menyadari mungkin ini juga yang membuat banyak orang mengaitkan kenangan dengan hujan. Jika turun hujan, pasti banyak orang yang akan menyeletuk perihal kenangan. Iya, kan?

Namun, saya rasa kenangan tak melulu harus dikaitkan dengan hujan. Kenangan bisa dikaitkan dan juga diingat dari banyak hal. Dari yang dilihat, dari yang didengar, bahkan dari suasana yang sedang dirasakan. Dan petang tadi selesai berbuka, oleh sebuah video di Instagram, saya diingatkan pada sebuah kenangan yang sudah cukup lama tak saya ingat. Serupa dengan momen pada video itu, kenangan perihal menanti kepulangan bapak dari tempatnya bekerja. Kenangan sederhana yang menurut saya layak untuk dikenang sewaktu-waktu.

Waktu kecil dulu, tepatnya ketika usia sekolah dasar, di rumah selesai dhuhur, saya punya agenda rutin yang tak pernah saya lewatkan bersama almarhumah Ibu. Agenda rutin yang saya rasa juga dilakukan oleh banyak anak kecil usia sekolah, yaitu menonton televisi. Yang masih saya ingat waktu itu acara tv yang saya tonton bersama almh. Ibu ialah Bolang (Bocah Petualang). Dan ketika acara tvnya diselingi iklan, saya selalu bertanya pada almh. Ibu, “Bu, sebentar lagi bapak pulang kan, ya?”

“Iya. Biasanya kan bapak pulang jam segini”, jawab almh. Ibu saat itu sambil melirik ke arah jam dinding.

“Semoga nanti bapak bawa jajan, ya, bu, hehe…”, kelakar saya.

“Hehe…, iya, aamin…”, jawab almh. Ibu sambil tersenyum.

Anehnya setiap kali saya dan almh. Ibu selesai berdialog seperti itu, tak berselang lama terdengar suara motor alm. Bapak dari kejauhan. Mendengar suara itu, sontak saja almh. Ibu berkata, “Panjang umur bapakmu, baru juga diomong.”

Saya sendiri ketika mendengar suara motor alm. Bapak yang mulai mendekati rumah pun buru-buru mengambil langkah seribu untuk menuju ke arah ruang tamu. Membukakan pintu rumah untuk alm. Bapak, niat saya waktu itu. Ya, niat yang sesekali mengandung maksud terselubung (haha…). Kalau mujur pas alm. Bapak membawa jajan, saya akan buru-buru memintanya. Khawatir kalau nanti keduluan dengan kakak-kakak saya, terutama kakak perempuan saya (ibunya Caca). Maklum, anak-anak, hehe…

Namun, kadangkala ketika alm. Bapak membawa jajan dari tempat kerjanya, beliau tak akan serta merta memberikannya kepada saya ataupun kepada kakak. Dengan jenakanya, beliau akan menyembunyikannya menggunakan berbagai cara. Entah itu disembunyikan di balik bajunya, menaruhnya di atas lemari dapur, atau berkongsi dengan almh. Ibu yang secara diam-diam menyembunyikannya di dalam kamar.

Baru ketika saya dan juga kakak merajuk, beliau akan mengeluarkan jajannya. Ah, iya, tentunya tidak setiap hari alm. Bapak membawa jajan ketika pulang bekerja, ya. Hanya pada momen-momen tertentu saja, terutama ketika sedang ada acara di tempatnya bekerja. Dan seperti halnya nasi kotak yang dulu pernah saya ceritakan di postingan dengan judul "NgeShare - Nasi Kotak Bapak", tiap kali mendapat makanan atau jajan di tempatnya bekerja, alm. Bapak jarang sekali memakannya sendiri. Beliau lebih memilih untuk membawanya pulang.

Sesekali ketika pulang kerja, kalau alm. Bapak membawa jajan, beliau akan menggoda saya dan juga kakak dengan bertingkah lucu dengan memamerkan jajan yang dibawanya. Hal itu membuat kami sebal sekaligus tertawa melihat tingkah alm. Bapak yang begitu lucu. Ah, sungguh itu hal yang membuat saya rindu. Saya rasa momen seperti itu juga yang selalu dinantikan oleh setiap anak, selain karena ingin segera bermain dengan ayahnya juga.

Sayangnya momen seperti itu tak lagi bisa saya jumpai di rumah alm. Bapak. Tak ada lagi anak-anak kecil yang dulu begitu antusias menanti kepulangannya. Tak ada lagi alm. Bapak yang dulu selalu saya nanti kepulangannya. Ah, iya, sekarang kan alm. Bapak tak lagi kemana-mana. Perjalanannya (di dunia) sudah lama ia selesaikan. Kini alm. Bapak sudah pulang bersama almh. Ibu ke rumah mereka yang abadi. Dan mungkin saat ini di samping almh. Ibu, alm. Bapak sedang menanti kepulangan saya. Ya, barangkali begitu.
_____

Sehat-sehat untuk para ayah di dunia. Hati-hati pulangnya. Anakmu selalu menantikan kepulanganmu di rumah.
Share:
Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

2 komentar:

  1. Duuuh mas, baca ini aku JD keinget momen2 Ama papa dulu zaman kami sekolah. Sama sih kita, papaku juga terkadang bawa makanan dari kantor apalagi pas kantor lagi ada acara, meeting atau apapun yg biasanya pake makanan . Papa jarang makan snack atau nasi yg diksh. JD suka dibawa buat kami coba 😄.

    Kangen yaa kalo inget itu. Apalagi mamanya mas Surya sudah almarhumah juga. Pasti jadi lebih kangen kalo diingat ☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah alhamdulillah ya mbak, kenangan yang berharga :)

      iya mbak, rasanya kangen banget :')

      Hapus