NgeShare - Bertemu dan Mengutip: Novel Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya

NgeShare - Bertemu dan Mengutip: Novel Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya
Bandara, Stasiun, dan Tahun-Tahun Setelahnya, sebuah novel yang baru saja menemani saya dalam proses melalui duka. Novel yang setelah selesai membacanya tadi siang yang seakan-akan ingin mengingatkan saya perihal pertemuan dan juga perpisahan. Novel yang saya rasa juga sangat nyaman untuk diselesaikan di waktu-waktu merasa kesepian.

Seperti halnya beberapa buku dan juga novel yang telah saya baca sebelumnya, novel ini menarik rasa penasaran saya ketika menjumpai ulasannya di sosial media. Ah, iya, lagi-lagi menjumpainya di sana. Di ulasan singkat itu menampilkan potongan kutipan yang ada di dalam novelnya.

“Ibu dan Bapak sudah semakin tua, Nak, kalau kami meninggal sebelum kamu menikah gimana?” Sebuah kutipan dari novel tersebut yang kemudian mengingatkan saya pada pesan yang pernah diucap oleh almarhum Bapak. “Le, semoga lekas ketemu jodohnya, ya. Mumpung bapak juga masih sehat”, ujar alm. Bapak waktu itu yang saya ingat beliau mengatakannya selesai saya sungkem padanya di lebaran dua tahun yang lalu.

Berangkat dari kutipan itu, akhirnya membangkitkan keinginan saya untuk membacanya. Keinginan itu akhirnya bisa terlaksana selesai saya men-cek out novelnya dari salah satu toko online. Oiya, sebenarnya novel ini sudah lama tibanya. Tapi baru sempat saya baca dua minggu yang lalu. Maklum waktu itu masih ada buku lain yang sedang saya baca, hehe…

Saya sangat menikmati ketika membaca kisah yang tersaji pada novel kolaborasi dari penulis Erina Delyere dan Skysphire ini. Menikmati kisah tentang Tama yang mengabadikan cintanya yang telah pergi. Tentang Arumi yang sedang berjuang menjalani hari-harinya yang terasa sepi. Tentang Hagi yang menyimpan ketulusan cintanya sendiri. Dan tentang Ranna yang berjuang untuk menemukan kebahagiaannya lagi.

Saking menikmatinya, saya sampai menyempatkan diri untuk menuliskan beberapa kutipan dari novel tersebut yang menurut saya menarik. Ya, menulis kutipan. Kegiatan baru yang saya rasa membuat kegiatan membaca semakin seru. “Mubazir rasanya kalau tidak mencatat kutipan-kutipannya”, ujar saya dalam hati ketika akan memulai kegiatan menulis kutipan waktu itu.

Meskipun terbilang cukup lama, dalam waktu dua minggu akhirnya saya rampung membaca novel ini. Dari novel itu, saya menjumpai beberapa kutipan menarik yang saya rasa bisa diteruskan menjadi hal baik. Berikut ini kutipan-kutipannya:
  • “Ada yang menetap untuk menjalani takdir bersama, ada pula yang singgah memberi kenangan sementara waktu saja.” – hlm. 18.
  • “Kebahagiaan tidak bisa diukur sesuai fase kehidupan yang sama.” – hlm. 24.
  • “Jadi, terus hidup, Rum, meskipun tujuannya untuk hal-hal kecil.” – hlm. 38.
  • “Hidup tetap berjalan meskipun rasanya ingin mati, malam akan berganti menjadi pagi dengan sendirinya, sebesar apa pun kita ingin menghentikan waktu.” – hlm. 206.
  • “Pilihannya perjuangkan atau lepaskan. Jangan hidup di tengah keabu-abuan seperti ini.” – hlm. 216
  • “Tuhan tidak mengambil sesuatu darimu tanpa sebab dan Tuhan juga tidak menghadirkan seseorang di hadapanmu tanpa sebab.” – hlm. 217.
  • “Mereka, yang pergi, pasti ingin kita kembali bahagia dan melanjutkan hidup tanpa mereka.” – hlm. 223.

Saya rasa itulah kutipan-kutipan menariknya dan cerita singkat saya ketika bertemu dengan novel ini. Maaf, ya, kalau postingan ini tidak memuat resensi atau ulasan panjang untuk novelnya. Seperti yang pernah saya tuliskan di postingan NgeShare – Melalui Duka dengan Membaca Buku, saya tak mahir dalam membuat dua karya itu. Selain itu, saya rasa sudah banyak artikel resensi atau review yang menarik terkait novel ini.

Jadi, di sini saya hanya sekadar cerita sedikit pengalaman saya bersama novel ini (hehe…). Btw, kalau kamu tertarik juga untuk membaca novel ini, novelnya bisa kamu pinang di sini. Semoga bermanfaat dan juga bisa menghibur kamu, ya. 😊

Share:
Sawer


Anda suka dengan tulisan-tulisan di blog ini? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan blog ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol sawer di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

4 komentar:

  1. Kutipannya terasa mendalam banget, kadang memang ada kalimat" yang makjleb, mirip bahkan sama persis dengan yang terjadi pada diri kita sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak, dan saya rasa itu yang semakin menambah keasyikan membaca, hehe

      Hapus
  2. suka banget sama kutipan, "Hidup tetap berjalan meskipun rasanya ingin mati, malam akan berganti menjadi pagi dengan sendirinya, sebesar apa pun kita ingin menghentikan waktu.” – hlm. 206.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah saya juga suka kutipan yang itu, rasa-rasanya juga jadi pelecut buat diri kalau lagi ngerasa sedih

      Hapus